Hutan hujan Kongo, paru-paru hijau Afrika, membentang megah di delapan negara. Republik Demokratik Kongo sendiri menyimpan luas hutan hujan terbesar, mencapai 107 juta hektar. Keindahannya terpancar dari iklim tropis yang panas dan lembab, dengan curah hujan melimpah lebih dari 1,5 meter per tahun, disertai badai petir yang kerap terjadi. Keanekaragaman hayati di hutan ini sangat tinggi, menjadi rumah bagi sekitar 600 spesies pohon dan 10.000 spesies fauna, termasuk mamalia ikonik seperti gajah hutan, macan tutul, kuda nil, dan singa. Namun, di balik keindahannya tersimpan ancaman serius terhadap kelestarian flora dan fauna unik yang hanya dapat ditemukan di sini.
Salah satu kekayaan hayati Hutan Hujan Kongo yang patut diperhatikan adalah populasi primata endemiknya. Berbagai spesies primata, unik dan langka, bergantung pada kelestarian hutan ini untuk bertahan hidup. Berikut beberapa spesies primata endemik Hutan Hujan Kongo yang terancam punah dan upaya konservasi yang tengah dilakukan.
Monyet Rawa Allen: Primata Penghuni Rawa
Monyet rawa Allen ( *Allenopithecus nigroviridis*) adalah spesies primata endemik yang hanya ditemukan di Hutan Hujan Kongo, khususnya di sekitar sungai dan badan air. Mereka menghuni hutan rawa, hutan sungai, dan hutan dataran rendah di sepanjang cekungan Kongo.
Bayi monyet rawa Allen lahir dengan bulu berwarna coklat kekuningan dan bulu wajah putih halus. Wajahnya dibingkai bulu pipi berwarna abu-abu gelap dengan garis-garis gelap yang khas.
Keunikan lain dari monyet ini adalah kantong pipinya yang berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan. Mereka memakan buah-buahan, serangga, dan daun. Sayangnya, perburuan liar mengancam keberadaan spesies ini. Upaya konservasi dilakukan melalui perlindungan di beberapa kawasan konservasi seperti Taman Nasional Salonga.
Gorila Grauer: Raksasa Hutan yang Terancam
Gorila Grauer (*Gorilla beringei graueri*), juga dikenal sebagai gorila timur dataran rendah, merupakan satu-satunya spesies gorila endemik di Hutan Hujan Kongo. Mereka mendiami wilayah Republik Demokratik Kongo, khususnya di Taman Nasional Kahuzi-Biega dan Taman Nasional Virunga.
Gorila Grauer memiliki tubuh yang besar dan kuat, dengan dada dan bahu lebar. Mereka memiliki kepala berbentuk kerucut besar dan tubuh yang ditutupi bulu hitam legam dan biru hitam. Tinggi mereka bisa mencapai 6 kaki dengan berat hingga 272 kg.
Makanan utama mereka adalah berbagai tumbuhan, termasuk daun, kulit kayu, akar, buah-buahan, rebung, kacang-kacangan, biji-bijian, dan jamur. Mereka juga mengonsumsi beberapa jenis serangga, cacing tanah, dan kadal. Bayi gorila yatim piatu sangat rentan terhadap perdagangan ilegal. Otoritas satwa liar Kongo telah berupaya menyelamatkan bayi gorila dari perdagangan ini pada dekade 2010-an.
Bonobo: Simpanse dengan Sifat Unik
Bonobo (*Pan paniscus*) merupakan subspesies simpanse yang endemik di Hutan Hujan Kongo, khususnya di Republik Demokratik Kongo. Mereka mendiami hutan lebat, hutan rawa, dan daerah di sekitar Sungai Kongo.
Bonobo memiliki tubuh ramping dan kepala kecil. Ciri khas mereka adalah rambut lebat di sekitar kepala dan kumis panjang di pipi. Jantan memiliki gigi taring yang lebih besar daripada betina, tetapi tidak sebesar simpanse biasa.
Ancaman terhadap bonobo datang dari perburuan ilegal dan penyakit yang dibawa oleh manusia, seperti malaria dan demam kuning. Populasi bonobo di alam liar diperkirakan hanya sekitar 15.000 ekor. Upaya perlindungan di Cagar Fauna Lomako-Yokala, dengan dukungan militer, berhasil mengurangi perburuan ilegal.
Monyet Lesula: Spesies yang Baru Dikenal
Monyet Lesula (*Cercopithecus lomamiensis*) adalah spesies primata yang baru ditemukan dan hanya ditemukan di Hutan Hujan Kongo, khususnya di sekitar Sungai Lomami dan Tshuapa. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu di kanopi hutan, hingga ketinggian 2.340 kaki di atas permukaan laut.
Monyet lesula jantan memiliki panjang sekitar 25 inci, sementara betina sekitar 16,5 inci. Berat jantan bisa mencapai 15 pon, sedangkan betina hingga 8,5 pon. Mereka memiliki ciri khas berupa hidung panjang, mata menyipit, dan kulit berwarna merah muda hingga coklat.
Perburuan ilegal mengancam keberadaan monyet lesula. Upaya konservasi dilakukan melalui perlindungan di Taman Nasional Lomami dan pengawasan ketat dari penjaga hutan. Monyet lesula dikenal waspada terhadap manusia dan akan melarikan diri jika merasa terancam. Mereka hidup berkelompok, dengan ukuran kelompok bervariasi antara 10 hingga 40 individu.
Keempat spesies primata ini menghadapi ancaman serius yang mengakibatkan status konservasi yang mengkhawatirkan. Monyet lesula dan monyet rawa Allen berstatus rentan, sementara bonobo dan gorila Grauer berstatus terancam kritis. Perlindungan habitat dan penegakan hukum terhadap perburuan ilegal menjadi kunci keberhasilan upaya konservasi jangka panjang untuk menjaga kelestarian primata-primata unik di Hutan Hujan Kongo. Upaya kolaboratif antara pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat lokal sangat diperlukan untuk memastikan masa depan primata-primata langka ini.





