Ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2025 tumbuh sebesar 4,87% (year-on-year), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Meskipun angka ini positif, Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, menyarankan pemerintah untuk merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun 2025.
Bhima berpendapat bahwa target pertumbuhan ekonomi saat ini tidak realistis. Hal ini disebabkan memburuknya situasi ekonomi global dan domestik.
Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi 2025: Sebuah Keniscayaan?
Bhima Yudhistira mendesak pemerintah untuk mengakui memburuknya kondisi ekonomi. Ia menekankan pentingnya revisi target agar lebih rasional.
Penyesuaian target pertumbuhan ekonomi ini diyakini akan berdampak positif pada penyusunan program-program pemerintah. Program-program tersebut diharapkan lebih tepat sasaran dan efektif dalam menjaga daya tahan ekonomi nasional.
Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Ekspor Indonesia
Bhima juga menyoroti dampak negatif kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap ekspor Indonesia. Sektor ekspor komoditas, khususnya batu bara dan nikel olahan, mengalami penurunan harga yang signifikan.
Era bonanza komoditas, menurut Bhima, telah berakhir. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi kerugian ekonomi yang cukup besar.
CELIOS memperkirakan potensi kerugian ekonomi akibat kebijakan tarif AS mencapai Rp 110 triliun. Selain itu, sekitar 1,2 juta tenaga kerja berisiko kehilangan pekerjaan.
Kontraksi Sektor Pertambangan dan Prospek Ekonomi ke Depan
Laporan BPS menunjukkan sektor pertambangan mengalami kontraksi sebesar 1,23%. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kinerja negatif sub-sektor pertambangan batubara dan lignit.
Pelemahan permintaan di pasar internasional menjadi faktor utama penurunan produksi batubara. Pertambangan bijih logam juga mengalami kontraksi yang cukup tajam, mencapai 11,83%.
Kontraksi ini diakibatkan oleh kegiatan pemeliharaan besar-besaran yang telah direncanakan sebelumnya di tambang tembaga dan emas di Papua Tengah. Hal ini berdampak pada penurunan volume produksi.
Secara keseluruhan, situasi ekonomi global dan domestik yang kurang kondusif, ditambah dengan dampak kebijakan tarif AS serta kontraksi sektor pertambangan, membuat usulan revisi target pertumbuhan ekonomi 2025 patut dipertimbangkan. Pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh dan strategi yang lebih komprehensif untuk menghadapi tantangan ekonomi ke depan.
Revisi target, jika dilakukan, diharapkan dapat menghasilkan program-program yang lebih efektif dan berkelanjutan. Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas dan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.





