Cumi-cumi karang sirip besar (Sepioteuthis lessoniana), atau bigfin reef squid, merupakan spesies sefalopoda yang menawan. Hewan laut ini menghuni perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia, memikat perhatian dengan kemampuan uniknya dan perilakunya yang menarik.
Ukurannya yang bisa mencapai 60 cm, dikombinasikan dengan sirip besar dan tentakel panjang, membuatnya menjadi pemandangan yang cukup memukau di bawah laut. Kemampuan mengubah warna kulitnya juga menambah daya tarik spesies ini.
Kemampuan Perubahan Warna dan Ciri Fisik yang Menakjubkan
Bigfin reef squid memiliki tubuh ramping dan elegan. Sirip besar di sisi tubuhnya bergerak anggun, menciptakan kesan fluiditas dalam pergerakannya. Kemampuan mengubah warna dan pola kulitnya hampir seketika berkat kromatofora.
Kromatofora ini tersebar di kepala, mantel, dan lengan. Proses perubahan warna cepat ini, yang dikenal sebagai metakrosis, berfungsi sebagai kamuflase dan alat komunikasi antar individu.
Selain kromatofora, kepala cumi-cumi ini juga dihiasi iridofora. Struktur ini menghasilkan kilauan warna merah dan hijau saat terkena cahaya, menambah keindahan visual hewan ini.
Mata besarnya berperan penting dalam mendeteksi mangsa dan predator. Penglihatan yang tajam ini, dikombinasikan dengan kemampuan perubahan warna, membuatnya menjadi pemburu yang efektif di lingkungan terumbu karang yang kompleks.
Habitat, Perilaku Sosial, dan Aktivitas Malam Hari
Cumi-cumi ini banyak ditemukan di wilayah Indomalayan dan Palearktik. Mereka menyukai perairan hangat dan dangkal, terutama di sekitar terumbu karang yang kaya akan sumber makanan dan tempat persembunyian.
Sifatnya yang sosial membuat mereka sering terlihat berenang dalam kelompok kecil. Komunikasi antar individu dilakukan melalui bahasa tubuh dan perubahan warna kulit.
Saat terancam, mereka akan mengubah warna kulit untuk berkamuflase atau menampilkan warna cerah sebagai peringatan. Pada siang hari, mereka cenderung beristirahat di dekat dasar laut, sementara malam hari menjadi waktu berburu yang paling aktif.
Makanan, Strategi Berburu, dan Adaptasi Visual
Bigfin reef squid adalah karnivora. Makanan utamanya terdiri dari ikan dan krustasea kecil.
Mereka menggunakan dua tentakel untuk menangkap mangsa dan delapan lengan untuk memegangnya erat selama proses makan. Sistem visualnya sangat berkembang.
Mata yang menonjol dan struktur lensa yang unik memberikan visibilitas kedalaman yang luar biasa. Kemampuan ini sangat krusial untuk berburu mangsa di lingkungan bawah laut yang relatif gelap.
Perkawinan, Perebutan Pasangan, dan Dua Gaya Perkawinan
Musim kawin ditandai dengan persaingan antar pejantan. Mereka akan bertarung untuk mendapatkan hak kawin dengan betina, menggunakan pola dan postur tubuh tertentu sebagai senjata.
Pasangan yang terbentuk akan tetap bersama selama beberapa hari. Proses perkawinan dapat terjadi melalui dua gaya yang berbeda: “berhadapan langsung” dan “sejajar dengan jantan”.
Pada gaya “berhadapan langsung”, pejantan mentransfer spermatofor ke betina secara langsung. Gaya “sejajar dengan jantan” melibatkan pejantan yang menempelkan spermatofor ke betina sambil berenang berdampingan.
Proses Reproduksi, Telur, dan Masa Inkubasi
Betina menghasilkan sejumlah besar telur, yang dilapisi oleh zat khusus membentuk kapsul telur. Setiap kapsul berisi beberapa telur.
Telur diletakkan dalam untaian di atas permukaan seperti batu, karang, atau tumbuhan laut. Masa inkubasi bervariasi tergantung suhu lingkungan.
Di Indonesia, dengan suhu yang lebih hangat, masa inkubasi lebih pendek dibandingkan dengan daerah lain seperti Thailand. Telur yang tidak dibuahi akan tetap berwarna putih susu dan tidak berkembang.
Meskipun sering disamakan dengan sotong, bigfin reef squid tetap termasuk dalam spesies cumi-cumi. Status konservasinya masih dikategorikan sebagai “Kurang Data” oleh IUCN karena informasi yang terbatas.
Keunikan bigfin reef squid, mulai dari kemampuan mengubah warna hingga perilaku kawinnya yang kompleks, menjadikan spesies ini sebagai subjek penelitian yang menarik dan penting untuk menjaga kelestariannya di masa depan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami secara lebih mendalam kehidupan cumi-cumi yang memukau ini.





