Tragedi Gaza: Antrean Tepung Berdarah, Tembakan Israel Tewaskan Warga

Tragedi Gaza: Antrean Tepung Berdarah, Tembakan Israel Tewaskan Warga
Sumber: Kompas.com

Konflik di Gaza terus menorehkan tragedi kemanusiaan. Kelangkaan pangan akut memaksa warga mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan bantuan. Kisah Mahmoud Qassem, yang kehilangan putranya Khader saat berusaha mendapatkan bantuan makanan, menjadi gambaran pilu realita di Gaza.

Khader, remaja 19 tahun, tewas akibat luka tembak saat menuju pusat distribusi makanan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Kematian Khader menyoroti betapa memprihatinkannya situasi di Gaza saat ini.

Tragedi di Pusat Distribusi Bantuan

Kematian Khader bukan kasus tunggal. Laporan kekerasan, luka-luka, dan kematian hampir terjadi setiap hari di sekitar pusat-pusat distribusi bantuan.

Seorang ayah lima anak, Saeed Abu Libda, menceritakan pengalamannya berebut bantuan tepung. Ia terluka terkena pecahan peluru saat kerusuhan terjadi di dekat truk bantuan.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 500 orang tewas dalam beberapa pekan terakhir. Sebagian besar korban tewas saat menunggu di lokasi distribusi bantuan atau sekitar truk-truk makanan.

Klaim ini dibantah Israel, yang menuduh Hamas menembaki warga sipilnya sendiri. Namun, tuduhan ini dipertanyakan oleh berbagai lembaga kemanusiaan internasional dan lokal.

Blokade Gaza dan Perdebatan Kemanusiaan

Blokade Israel yang berlangsung hampir tiga bulan telah menyebabkan kelangkaan makanan dan kebutuhan dasar lainnya di Gaza. Warga Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada pasokan yang masuk melalui perlintasan dengan Israel.

Sejak Oktober 2023, sekitar 57.000 warga Gaza telah tewas dalam serangan Israel. Analisis menunjukkan 93 persen populasi mengalami kerawanan pangan akut pada Mei lalu.

Meskipun PBB telah mengirimkan bantuan dan tiga pusat distribusi baru dibuka, kelangkaan masih terjadi. Israel berdalih blokade dilakukan karena Hamas mencuri bantuan, namun klaim ini dibantah oleh PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan.

Truk-truk bantuan sering dijarah, baik oleh kelompok bersenjata maupun warga sipil yang putus asa. Di saat bersamaan, militer Israel meningkatkan serangan udara dan perintah evakuasi massal.

Tuduhan Penembakan dan Investigasi

Sekitar 130 organisasi kemanusiaan internasional mendesak penghentian operasi GHF. Mereka menuduh yayasan tersebut memaksa warga kelaparan memasuki zona militer, meningkatkan risiko tembakan.

Direktur GHF, Johnnie Moore, membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa mereka telah menyalurkan jutaan porsi makanan. Ia juga menuding Kementerian Kesehatan Gaza yang selalu mengaitkan korban sipil dengan warga yang menunggu bantuan dari GHF.

IDF menyatakan melepaskan tembakan peringatan, tetapi belum merilis data resmi jumlah korban. Laporan Haaretz menyebutkan tentara Israel diberi lampu hijau untuk menembak warga sipil di dekat pusat distribusi.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membantah tuduhan tersebut. IDF juga menyatakan tidak ada pasukan yang diperintahkan untuk sengaja menembaki warga sipil. Namun, tiga hari kemudian, IDF mengumumkan penyesuaian akses ke pusat distribusi.

GHF juga menyerukan penyelidikan lebih lanjut atas tuduhan lampu hijau penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil. Mereka bersikeras tidak pernah terjadi insiden kekerasan di pusat distribusi mereka.

Warga Gaza, seperti Ahmed Abu Raida, harus berjalan berjam-jam melewati medan berbahaya untuk mencapai pusat distribusi. Pusat distribusi sering dibuka sebentar, dan informasi titik kumpul aman seringkali tidak jelas.

Situasi di Gaza menuntut solusi segera dan komprehensif. Perlu ada akses bantuan kemanusiaan yang aman dan terjamin bagi warga sipil yang menderita. Investigasi independen dan transparan juga diperlukan untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi yang terjadi.

Kisah-kisah pilu seperti Khader dan Saeed menjadi pengingat akan urgensi penyelesaian konflik dan perlindungan warga sipil di Gaza. Kehidupan mereka bergantung pada tindakan nyata dari berbagai pihak untuk mengakhiri penderitaan dan memastikan akses yang aman terhadap bantuan kemanusiaan.

Pos terkait