Para guru peserta PPG 2025 seringkali dihadapkan pada pertanyaan yang kompleks terkait prinsip pembelajaran efektif. Salah satu pertanyaan yang muncul dalam Latihan Pemahaman Modul 2 Topik 3 membahas konsep *experiential learning* atau pembelajaran berbasis pengalaman.
Pertanyaan tersebut menanyakan aspek yang *tidak* termasuk dalam konsep *experiential learning*. Jawaban yang salah, dan menjadi fokus pembahasan ini, adalah “yang dilihat dari belajar adalah output”.
Memahami Experiential Learning: Lebih dari Sekadar Hasil
Pembelajaran berbasis pengalaman, atau *experiential learning*, menempatkan pengalaman langsung sebagai inti proses belajar. Hal ini berbeda dengan pendekatan pembelajaran tradisional yang lebih menekankan pada teori dan hafalan.
Prinsip utamanya meliputi aktivitas dan partisipasi langsung (“learning by doing”). Peserta didik aktif terlibat dalam aktivitas nyata, bukan hanya menerima informasi secara pasif.
Refleksi kritis terhadap pengalaman tersebut juga merupakan bagian penting. Proses ini memungkinkan peserta didik untuk menggali makna dan pelajaran yang didapat dari pengalaman langsung.
Interaksi dan adaptasi dengan lingkungan sekitar juga menjadi kunci. Proses pembelajaran terjadi melalui interaksi aktif, yang mendorong adaptasi dan pemahaman yang lebih mendalam.
Kualitas proses belajar, bukan hanya hasil akhir, yang diutamakan dalam *experiential learning*. Hal inilah yang membedakannya dari pendekatan pembelajaran yang hanya berfokus pada output.
Mengapa “Output” Bukan Inti Experiential Learning?
Pernyataan “yang dilihat dari belajar adalah output” keliru karena hanya menekankan hasil akhir. Aspek penting seperti proses aktif dan pengalaman langsung diabaikan.
Fokus pada output mengabaikan peran penting refleksi. Refleksi kritis atas pengalaman adalah kunci untuk pemahaman yang bermakna dan pengembangan diri.
Pendekatan yang hanya berorientasi pada output juga dapat menghambat inovasi. *Experiential learning* mendorong kreativitas dan eksperimen, yang mungkin tidak menghasilkan output yang sempurna setiap saat.
Dengan mengutamakan output, pembelajaran menjadi mekanistik dan kurang bermakna bagi peserta didik. Proses belajar menjadi sekedar jalan menuju suatu tujuan akhir, tanpa mengapresiasi prosesnya sendiri.
Implikasi bagi Guru dan Peserta PPG 2025
Memahami perbedaan antara *experiential learning* dan pendekatan yang berfokus pada output sangat penting bagi guru. Ini membantu mereka merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Peserta PPG 2025 perlu memahami prinsip-prinsip *experiential learning* untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Mereka harus mampu mengapresiasi proses belajar, bukan hanya hasil akhirnya.
Dengan mengutamakan proses, refleksi, dan interaksi, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong pertumbuhan dan pemahaman yang lebih dalam pada peserta didiknya.
Pada akhirnya, *experiential learning* bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang perjalanan belajar yang bermakna dan transformatif bagi peserta didik. Proses pembelajaran yang kaya pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan tahan lama dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya berfokus pada output semata.
