Pendaki asal Brasil, Juliana Marins, ditemukan tewas di Gunung Rinjani. Tragedi ini terjadi beberapa minggu setelah ia memulai perjalanan keliling Asia Tenggara. Pesan terakhirnya kepada ibunya, Estela Marins, menyimpan kesedihan mendalam namun juga mencerminkan keberaniannya.
Juliana, dalam pesan tersebut, meyakinkan ibunya bahwa ia tidak takut menghadapi tantangan perjalanan. Ia mengungkapkan rasa cintanya yang mendalam kepada keluarganya dan rasa syukurnya atas dukungan yang selalu diberikan. Pesan penuh cinta dan keberanian itu menjadi kenangan terakhir yang begitu menyentuh.
Pesan Menyentuh Sebelum Kematian
“Aku tidak takut,” tulis Juliana dalam pesan singkat kepada ibunya. Ungkapan sederhana ini menyimpan kekuatan besar, menggambarkan tekadnya untuk menjalani petualangan meskipun jauh dari rumah.
Ia berusaha menenangkan sang ibu yang khawatir. “Mami, aku sangat mencintaimu. Aku hancur saat kita berpisah,” tulisnya lagi. Rasa rindu dan kekhawatiran akan membuat ibunya sedih, maka Juliana berusaha untuk meyakinkannya.
Juliana juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap didikan ibunya. “Aku dibesarkan oleh seorang perempuan yang bisa mengatasi masalah apa pun dan tak takut untuk mengejar mimpinya. Aku juga begitu,” tulisnya. Ia merasa kekuatan batinnya berasal dari didikan ibunya.
Tragedi di Puncak Rinjani
Juliana terjatuh dari ketinggian sekitar 500 meter ke dalam kawah Gunung Rinjani pada Sabtu, 28 Juni 2025. Insiden ini terjadi setelah ia beristirahat selama satu jam karena kelelahan.
Ia terjebak selama empat hari di dasar kawah, berteriak meminta pertolongan. Proses evakuasi yang dirasa lambat oleh keluarganya menjadi sorotan, terutama terkait koordinasi dan kesiapan tim penyelamat.
Keluarga Juliana merasa pemerintah Brasil kurang memberikan dukungan dalam proses penyelamatan. Hal ini menimbulkan kontroversi, karena pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dan Basarnas membantah pernyataan tersebut.
Proses Penyelamatan dan Kontroversi
Pihak berwenang menyatakan telah mengerahkan puluhan tenaga penyelamat untuk membantu evakuasi Juliana. Namun, topografi Gunung Rinjani yang menantang dan cuaca ekstrem menjadi kendala besar.
Proses evakuasi dihambat oleh kondisi medan yang sulit dan cuaca dingin. Empat hari kemudian, Juliana ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Pernyataan resmi dari tim penyelamat menyampaikan kesedihan atas meninggalnya Juliana dan mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan. Kejadian ini menyisakan duka mendalam dan pertanyaan mengenai kesiapan menghadapi situasi darurat di lokasi wisata yang menantang seperti Gunung Rinjani.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya persiapan yang matang sebelum melakukan pendakian di gunung, khususnya di lokasi dengan medan yang sulit dan cuaca yang tidak menentu. Dukungan dan koordinasi yang baik antar lembaga terkait juga sangat krusial dalam proses penyelamatan. Kisah Juliana menjadi pengingat akan betapa pentingnya keselamatan dan persiapan dalam menghadapi tantangan alam. Semoga peristiwa ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi pendaki lain di masa mendatang.