PBB mencatat tragedi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Sejak akhir Mei 2025, sedikitnya 613 warga sipil Palestina telah tewas di sekitar lokasi distribusi bantuan dan konvoi kemanusiaan. Angka ini merupakan data yang telah diverifikasi, namun dikhawatirkan akan terus bertambah seiring bertambahnya laporan yang masuk. Keterbatasan akses ke Gaza menjadi kendala utama dalam mendapatkan data yang akurat dan menyeluruh.
Korban Tewas Terbanyak di Sekitar Distribusi GHF
Sebagian besar korban tewas, tepatnya 509 orang, ditemukan di sekitar titik distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF). GHF sendiri merupakan yayasan bantuan yang didukung AS dan Israel, mulai beroperasi pada 26 Mei 2025. Sisanya, 104 korban, ditemukan di dekat konvoi kemanusiaan milik PBB dan organisasi non-PBB lainnya. Juru bicara kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani, menyampaikan data ini dalam jumpa pers pada Jumat, 4 Juli 2025.
Akses Terbatas Menghambat Investigasi Mendalam
Ravina Shamdasani menekankan bahwa angka kematian tersebut kemungkinan masih akan bertambah. Tim PBB masih berupaya memverifikasi laporan-laporan baru yang terus berdatangan. Kurangnya akses ke Gaza menjadi penghalang utama dalam upaya investigasi yang komprehensif. Tanpa akses yang memadai, akan sulit untuk mengetahui secara pasti jumlah korban sebenarnya dan detail peristiwa yang terjadi.
Tantangan dalam Mengumpulkan Data Akurat
Ketidakmampuan untuk mengakses Gaza secara bebas membuat proses pengumpulan data menjadi sangat sulit. Tim investigasi terhambat untuk melakukan penyelidikan di lapangan, mewawancarai saksi mata, dan memeriksa bukti-bukti secara langsung. Ini membuat gambaran lengkap mengenai tragedi kemanusiaan ini masih belum terungkap sepenuhnya.
Dugaan Penembakan oleh Militer Israel dan Kontroversi GHF
Terdapat laporan yang menyebutkan bahwa militer Israel menembak warga sipil Palestina yang mengantre bantuan di titik distribusi. Shamdasani mendesak dilakukannya penyelidikan independen dan akuntabilitas atas insiden ini. Identifikasi pelaku dan jumlah korban tewas yang sebenarnya masih membutuhkan proses investigasi yang intensif dan akses yang tidak terbatas ke Gaza.
GHF sendiri, walau bertujuan untuk menyalurkan bantuan di tengah krisis, menuai kontroversi. PBB dan sejumlah organisasi kemanusiaan besar ragu dengan netralitas GHF. Ada kekhawatiran bahwa GHF dimanfaatkan untuk kepentingan militer Israel dan tidak sepenuhnya mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan. Ketua GHF, Johnnie Moore, membantah tuduhan tersebut. Meskipun demikian, pernyataan tersebut tidak cukup meyakinkan mengingat besarnya jumlah korban jiwa yang ditemukan di sekitar titik distribusi GHF.
Pernyataan Berbeda Antara PBB dan GHF
Pernyataan PBB yang menunjukkan adanya indikasi penembakan oleh militer Israel terhadap warga sipil yang mengantre bantuan berbeda dengan pernyataan GHF yang membantah adanya insiden kekerasan di sekitar titik distribusinya. Perbedaan pernyataan ini semakin mempertegas kebutuhan akan investigasi independen dan transparan untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi ini.
GHF sendiri mengklaim telah mendistribusikan lebih dari satu juta kotak bahan makanan hingga awal Juli 2025. Namun, jumlah bantuan yang diberikan tidak dapat menutupi fakta mengerikan tentang jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar di sekitar lokasi distribusi bantuan tersebut.
Kesimpulannya, tragedi kemanusiaan di Gaza ini menuntut perhatian internasional yang serius. Investigasi yang independen dan akses penuh ke Gaza sangat dibutuhkan untuk mengungkap seluruh fakta, menghukum para pelaku, dan mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Ketidakpastian dan kurangnya transparansi hanya akan memperburuk situasi dan memperlambat upaya bantuan kemanusiaan yang efektif. Peristiwa ini menjadi pengingat penting akan perlunya perlindungan bagi warga sipil di tengah konflik, serta pentingnya akuntabilitas bagi semua pihak yang terlibat.





