Stalin: Dari Tukang Sepatu Hingga Diktator Dunia

Stalin: Dari Tukang Sepatu Hingga Diktator Dunia
Sumber: Poskota.co.id

Ioseb Besarionis dze Jughashvili, nama yang mungkin asing bagi sebagian orang, namun dikenal dunia sebagai Joseph Stalin. Lahir tahun 1878 di Gori, Georgia, ia tumbuh di tengah keluarga sederhana yang penuh gejolak. Ayahnya, seorang tukang sepatu pemabuk dan kasar, seringkali memukuli keluarga. Sementara ibunya, seorang penjahit yang taat beragama, berharap anaknya menjadi pendeta.

Masa muda Stalin diwarnai dengan kontras. Ia memulai pendidikan di sekolah teologi, mengenakan jubah gereja. Namun, di balik penampilan religiusnya, ia diam-diam mempelajari ideologi revolusioner Karl Marx dan Lenin.

Dari Seminari ke Revolusi: Transformasi Seorang Pemimpin

Perjalanan hidup Stalin berbelok tajam saat ia meninggalkan sekolah teologi. Ia memilih jalan yang berlawanan dengan harapan ibunya, terjun ke dunia gerakan revolusioner bawah tanah.

Pengalamannya dipenjara dan diasingkan ke Siberia justru mengasah kelicikannya dan kemampuannya membangun jaringan politik yang kuat dan setia. Stalin bukan orator ulung atau pemimpin karismatik.

Kekuatannya terletak pada kesabarannya yang luar biasa, strategi politiknya yang cerdik, dan kemampuannya membangun jaringan pendukung yang kokoh. Ia secara konsisten menyingkirkan lawan-lawannya.

Perebutan Kekuasaan: Stalin vs. Trotsky

Setelah kematian Vladimir Lenin tahun 1924, Uni Soviet membutuhkan pemimpin baru. Leon Trotsky, jenderal revolusi dan orator ulung, dianggap sebagai penerus yang alami. Namun, ia salah memperhitungkan Stalin.

Stalin, sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis, awalnya tampak hanya memegang jabatan administratif. Posisi ini, justru memberi Stalin kendali atas promosi kader partai.

Dengan licik, ia menyebarkan surat-surat Lenin yang mengkritik Trotsky, membentuk aliansi strategis, dan memecah belah lawan-lawan Trotsky pada waktu yang tepat. Pada 1929, Trotsky diasingkan.

Stalin telah mengukuhkan dirinya sebagai penguasa tunggal Uni Soviet.

Era Teror dan Pembersihan Besar: Bayang-bayang Gulag

Kepemimpinan Stalin ditandai dengan teror yang sistematis dan meluas. Berbeda dengan diktator lain yang suka berpidato, Stalin memerintah dalam kesunyian. Namun, tindakannya menghancurkan jutaan nyawa.

Pada 1930-an, ia melancarkan “Pembersihan Besar,” sebuah kampanye penangkapan massal yang menargetkan siapa saja, dari petani hingga jenderal, ilmuwan, dan bahkan sahabat revolusi.

Banyak yang dieksekusi tanpa pengadilan atau dikirim ke Gulag, kamp kerja paksa yang menjadi simbol kengerian rezim Stalin. Kondisi di Gulag mengerikan; jutaan orang meninggal karena kelaparan, penyakit, dan kerja paksa.

Perkiraan jumlah korban mencapai 18 juta jiwa.

Perang Dunia Kedua dan Warisan Global Stalin

Pada tahun 1939, Stalin menandatangani pakta rahasia dengan Adolf Hitler, membagi wilayah Eropa Timur. Namun, Hitler mengkhianati perjanjian tersebut pada 1941 dengan Operasi Barbarossa.

Serangan mendadak Nazi ke Uni Soviet awalnya membuat Stalin terkejut dan terdiam. Namun, perlawanan Uni Soviet sangat gigih, terutama dalam Pertempuran Stalingrad yang menentukan.

Kemenangan Uni Soviet dalam Perang Dunia Kedua meningkatkan pengaruhnya di Eropa Timur dan memperkuat posisi blok komunis, dengan Stalin sebagai pemimpin utamanya. Dunia terbelah menjadi dua kubu.

Kematian Stalin pada tahun 1953 disambut dengan keheningan yang mencekam. Nikita Khrushchev kemudian mengungkapkan kejahatan Stalin dan skala teror yang sebenarnya.

Meskipun kepemimpinannya ditandai dengan kekejaman dan teror yang mengerikan, Stalin meninggalkan warisan yang kompleks. Sistem politik terpusat yang ia bangun, budaya takut dalam birokrasi, dan kontrol ketat atas informasi, masih terasa dampaknya hingga kini. Kisahnya menjadi pengingat akan bahaya kekuasaan absolut dan manipulasi informasi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *