Serangan Trump, Iran: Dolar AS Melonjak Tajam, Dampak Global?

Serangan Trump, Iran: Dolar AS Melonjak Tajam, Dampak Global?
Sumber: Poskota.co.id

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan pada perdagangan Senin, 23 Juni 2025. Dolar AS menguat signifikan, menembus level Rp16.400-an, sebuah peningkatan yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar dan masyarakat luas.

Penguatan Dolar AS ini tidak hanya terjadi terhadap Rupiah, namun juga terhadap sejumlah mata uang global lainnya. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran dinamika ekonomi internasional yang patut dikaji lebih dalam.

Penguatan Dolar AS dan Dampaknya terhadap Rupiah

Berdasarkan data Bloomberg, Dolar AS menguat sebesar 60 poin atau sekitar 0,37 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Nilai tukar USD terhadap Rupiah berada pada level Rp16.456, dengan kisaran perdagangan antara Rp16.454 hingga Rp16.465.

Pelemahan Rupiah ini perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak negatifnya.

Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran: Pemicu Penguatan Dolar?

Analis mengaitkan penguatan dolar AS dengan serangan militer yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap fasilitas nuklir di Iran. Serangan ini dinilai sebagai faktor yang turut memengaruhi sentimen pasar global.

Serangan tersebut melibatkan pengeboman dengan pesawat B-2 dan peluncuran rudal jelajah, menargetkan beberapa situs nuklir Iran. Skala serangan ini cukup besar dan berpotensi menimbulkan ketidakpastian geopolitik.

Efek domino dari serangan tersebut diyakini sebagai penyebab utama gejolak di pasar valuta asing. Ketidakpastian politik global seringkali memicu investor untuk berlindung pada aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS.

Rincian Serangan Militer AS ke Iran

AS mengerahkan enam pesawat pengebom B-2 untuk menjatuhkan sekitar selusin bom GBU-57A/B di situs nuklir Fordow. Bom GBU-57A/B, yang juga dikenal sebagai Massive Ordnance Penetrator (MOP), merupakan bom penghancur bunker yang mampu menembus instalasi bawah tanah.

Selain itu, kapal selam Angkatan Laut AS meluncurkan 30 rudal jelajah TLAM ke dua situs nuklir lainnya, Natanz dan Isfahan. Sebuah pesawat B-2 juga menjatuhkan dua bom penghancur bunker di Natanz.

Bom GBU-57A/B memiliki berat 30.000 pon dengan 6.000 pon bahan peledak. Kekuatan destruktif bom ini menunjukkan keseriusan serangan AS terhadap program nuklir Iran.

Dampak Penguatan Dolar terhadap Mata Uang Lain

Penguatan dolar AS tidak hanya berdampak pada Rupiah, tetapi juga terlihat pada beberapa mata uang lainnya. Won Korea Selatan melemah 0,74 persen terhadap dolar AS.

Peso Filipina juga terdepresiasi sebesar 0,73 persen terhadap dolar AS. Dolar Taiwan Baru juga melemah sebesar 0,36 persen.

Ringgit Malaysia melemah 0,60 persen, yen Jepang 0,25 persen, dan dolar Australia 0,41 persen terhadap dolar AS. Tren pelemahan ini menunjukkan dominasi dolar AS di pasar valuta asing saat ini.

Situasi ini menimbulkan tantangan bagi negara-negara berkembang yang bergantung pada ekspor dan impor. Fluktuasi nilai tukar yang signifikan dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keuangan.

Ke depan, perlu dipantau perkembangan situasi geopolitik dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang domestik. Penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan bijak dalam mengelola keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Peristiwa ini menyoroti pentingnya diversifikasi ekonomi dan strategi mitigasi risiko bagi negara-negara berkembang agar dapat menghadapi gejolak ekonomi global yang semakin kompleks. Pemantauan ketat pasar keuangan dan respons kebijakan yang tepat waktu sangat krusial untuk meminimalkan dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *