Petani Jawa Tengah: Revolusi Beras Rendah Karbon Ahmad Luthfi

Petani Jawa Tengah: Revolusi Beras Rendah Karbon Ahmad Luthfi
Sumber: Liputan6.com

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, berkomitmen memperkuat kerja sama dengan Uni Eropa untuk meningkatkan produksi beras rendah karbon. Langkah ini diyakini krusial dalam mitigasi perubahan iklim dan penguatan ketahanan pangan di Jawa Tengah.

Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari hubungan yang telah terjalin sebelumnya. Fokus utamanya adalah mendukung swasembada pangan Jawa Tengah melalui pengembangan beras rendah karbon.

Produksi Beras Rendah Karbon di Jawa Tengah

Jawa Tengah menargetkan luas tanam padi mencapai 1,5 juta hektare pada tahun 2024. Hal ini diperkirakan menghasilkan 8,8 juta ton gabah kering giling.

Produksi tersebut berkontribusi 16,73% terhadap stok pangan nasional. Target produksi pada tahun 2025 bahkan dinaikkan menjadi 11,8 juta ton.

Program beras rendah karbon di Jawa Tengah telah berjalan sejak 2022 di beberapa kabupaten. Program SWITCH-Asia Low Carbon Rice menghubungkan petani dengan penggilingan kecil, restoran, dan hotel.

Di Klaten, program ini berhasil diimplementasikan di lahan seluas 100 hektare. Hasilnya, panen mencapai sekitar 600 ton gabah.

Keberhasilan tersebut ditandai dengan penurunan emisi karbon hingga 80%. Biaya penggilingan pun berkurang hingga 30-40%. Kualitas panen juga meningkat.

Strategi Implementasi Program Beras Rendah Karbon

Implementasi program ini mencakup transisi pertanian berkelanjutan. Salah satunya adalah mengganti mesin penggilingan berbahan bakar solar dengan listrik.

Penggunaan pupuk kimia juga dikurangi. Penggunaan air pun dioptimalkan untuk efisiensi sumber daya.

Kerja sama dengan 12 negara Uni Eropa akan memperkuat program ini. Negara-negara tersebut antara lain Austria, Siprus, Jerman, Belanda, Spanyol, Swedia, Belgia, Denmark, Finlandia, Lithuania, dan Polandia.

Peran CSR dan Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan

Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah menyebutkan peran penting CSR perusahaan. Bank Indonesia, misalnya, telah berinvestasi di enam kabupaten.

Investasi tersebut fokus pada konversi mesin penggilingan padi dari solar ke listrik. Total investasi mencapai sekitar Rp1,8 miliar.

Kabupaten yang mendapatkan bantuan meliputi Demak, Jepara, Kudus, Kota Semarang, dan Kabupaten Semarang. Namun, Gubernur Ahmad Luthfi mendorong penggunaan energi surya.

Ke depannya, akan diujicoba 1-2 mesin penggilingan bertenaga surya. Hal ini masih dalam tahap pembahasan.

Investasi untuk konversi mesin penggilingan padi dari solar ke listrik rata-rata sekitar Rp250 juta hingga Rp300 juta per titik.

Dengan komitmen kuat dari pemerintah Jawa Tengah dan dukungan Uni Eropa serta peran aktif CSR, pengembangan beras rendah karbon di Jawa Tengah diharapkan dapat berjalan optimal dan berkelanjutan. Hal ini tak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim secara global.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *