Pengamat Timur Tengah, Faisal Assegaf, secara tegas mengkritik keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik terkini antara Israel dan Iran. Ia menilai tindakan AS tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional yang berulang dan sebuah kesalahan fatal, menyamakannya dengan invasi Irak tahun 2003 yang dilandasi kebohongan mengenai senjata pemusnah massal. Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara bersama aktivis dan pengacara Abraham Samad, yang disiarkan melalui kanal YouTube-nya. Kritik Assegaf terhadap AS ini memicu perdebatan mengenai peran Amerika Serikat dalam konflik Timur Tengah dan peran PBB dalam menjaga perdamaian dunia.
Serangan AS terhadap Iran dinilai Assegaf sebagai langkah yang tidak terjustifikasi. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa serangan tersebut dilakukan tanpa mandat dari Kongres AS maupun Dewan Keamanan PBB. Bahkan, sebagian besar warga Amerika sendiri menentang intervensi militer di wilayah tersebut.
Intervensi AS: Kesalahan Berulang dan Pelanggaran Hukum Internasional
Faisal Assegaf secara gamblang menyebut intervensi AS di Timur Tengah sebagai “kesalahan kedua”. Kesalahan pertama, menurutnya, adalah invasi Irak tahun 2003 yang didasari klaim palsu mengenai kepemilikan senjata pemusnah massal oleh rezim Saddam Hussein. Klaim tersebut, yang digunakan untuk membenarkan invasi, hingga kini belum terbukti.
Kebohongan mengenai senjata pemusnah massal Irak, menurut Assegaf, menjadi preseden buruk dan mengulanginya dalam konflik Iran-Israel adalah bukti kurangnya tanggung jawab dan perhitungan matang dari pemerintah AS. Ia menyoroti bahaya dari tindakan sepihak ini terhadap stabilitas regional dan internasional.
Ketimpangan Global dan Lemahnya PBB
Assegaf juga menyoroti ketimpangan global dalam penegakan hukum internasional. Negara-negara dengan hak veto di Dewan Keamanan PBB, atau sekutunya, seringkali seenaknya melanggar hukum internasional tanpa konsekuensi berarti.
Invasi Rusia ke Ukraina dan serangan militer Israel ke Gaza menjadi contoh nyata. Keduanya mendapatkan reaksi internasional yang lemah, menunjukkan kelemahan sistem internasional dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional. PBB, menurut Assegaf, tampak tak mampu menjalankan mandatnya dengan efektif.
Reformasi PBB: Sebuah Keharusan?
Assegaf berpendapat bahwa ketidakmampuan PBB dalam menangani pelanggaran hukum internasional oleh negara-negara kuat harus menjadi titik refleksi bagi seluruh negara di dunia. Ia mempertanyakan apakah PBB masih relevan sebagai organisasi internasional jika piagamnya terus-menerus dilanggar.
Gagasan reformasi PBB, yang sebenarnya sudah diajukan sejak tahun 2005 oleh Sekjen PBB Kofi Annan, hingga kini belum menunjukkan kemajuan signifikan. Assegaf menyarankan perlunya pertimbangan serius untuk membentuk organisasi internasional baru yang lebih efektif dan adil, tanpa adanya hak veto yang memungkinkan negara-negara besar bertindak sewenang-wenang.
Momentum Evaluasi Peran dan Kredibilitas PBB
Abraham Samad, dalam wawancara tersebut, sepakat dengan Assegaf. Ia menekankan bahwa situasi terkini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi kembali eksistensi dan kredibilitas PBB dalam komunitas internasional.
Ketidakmampuan PBB dalam mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik besar, khususnya yang melibatkan negara-negara adidaya, menimbulkan pertanyaan serius terhadap efektivitas dan relevansi organisasi tersebut dalam dunia internasional yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Perlu ada reformasi menyeluruh untuk mengembalikan kepercayaan dunia terhadap PBB.
Kesimpulannya, kritik Faisal Assegaf terhadap intervensi militer AS dan lemahnya PBB mencerminkan kekhawatiran global yang semakin meningkat. Peristiwa terkini di Timur Tengah dan berbagai konflik internasional lainnya menunjukkan perlunya reformasi sistem global untuk memastikan penegakan hukum internasional dan mencegah pelanggaran hak asasi manusia serta menciptakan perdamaian dunia yang lebih berkeadilan. Perdebatan ini akan terus berlanjut, dan masa depan PBB, serta peran negara-negara adidaya dalam menjaga perdamaian dunia, menjadi taruhannya.
