Setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel tercapai, fokus militer Israel beralih kembali ke Jalur Gaza. Operasi melawan Hamas dan pembebasan sandera menjadi prioritas utama. Namun, bayang-bayang konflik dengan Iran belum sepenuhnya hilang, meskipun babak penting telah dilalui.
Situasi kemanusiaan di Gaza justru semakin memprihatinkan. Kantor HAM PBB mencatat ratusan korban jiwa akibat kekerasan dalam pendistribusian bantuan. Hal ini memicu kecaman internasional terhadap Israel.
Gencatan Senjata Iran-Israel: Perubahan Fokus Militer Israel
Pasca kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden AS Donald Trump, Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menegaskan kembali fokus operasi militer ke Gaza. Pemberantasan Hamas dan pembebasan sandera menjadi prioritas utama.
Meskipun gencatan senjata telah tercapai, Letnan Jenderal Zamir menekankan bahwa konflik dengan Iran belum sepenuhnya berakhir. Ketegangan masih ada, meskipun intensitasnya telah menurun. Pernyataan ini disampaikan menyusul pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang memastikan Israel tak akan melanjutkan serangan ke Iran.
Tragedi Gaza: Ratusan Korban Jiwa dalam Distribusi Bantuan
Kantor HAM PBB melaporkan lebih dari 410 warga Gaza tewas sejak akhir Mei. Korban berjatuhan saat berusaha mendapatkan bantuan makanan di lokasi distribusi Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga yang ditunjuk Israel sebagai penyalur utama bantuan setelah blokade selama hampir tiga bulan.
Pendistribusian bantuan yang seharusnya meringankan penderitaan warga Gaza justru berubah menjadi tragedi mematikan. Juru bicara HAM PBB, Thameen Al-Kheetan, menyebut penggunaan bantuan makanan sebagai alat perang sebagai pelanggaran berat hukum internasional. Warga Gaza terjebak dalam dilema kelaparan atau ditembak saat berusaha mendapatkan bantuan.
Lebih dari 93 warga Gaza juga dilaporkan tewas saat mencoba mendekati konvoi bantuan dari PBB dan lembaga lain yang masih diizinkan masuk. Situasi ini mempertinggi angka kematian menjadi lebih dari 500 jiwa, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Tuduhan Kejahatan Perang dan Tanggapan Pihak yang Bertikai
PBB mengkonfirmasi sebagian besar korban tewas akibat tindakan militer Israel, meskipun ada kelompok bersenjata di sekitar area distribusi. Namun, angka korban tewas yang dilaporkan badan pertahanan sipil Gaza yang dikelola Hamas jauh lebih tinggi, yakni 21 tewas dan sekitar 150 luka-luka.
Militer Israel mengklaim kerumunan warga berada di dekat posisi pasukan di koridor Netzarim. Namun, banyak organisasi kemanusiaan dan lembaga PBB menolak bekerja sama dengan GHF karena menilai lembaga tersebut sarat dengan kepentingan militer Israel.
Israel membantah tuduhan kejahatan perang dan menyalahkan Hamas karena menjadikan area permukiman sebagai basis operasi. Hamas membantah tuduhan tersebut. Perbedaan narasi ini semakin mempersulit upaya penyelesaian konflik dan penegakan hukum internasional.
Peristiwa di Gaza pasca gencatan senjata Iran-Israel menyoroti kompleksitas konflik di Timur Tengah. Meskipun konflik berskala besar dengan Iran mereda untuk sementara, penderitaan kemanusiaan di Gaza tetap menjadi tantangan besar yang memerlukan perhatian internasional yang serius. Penyelidikan independen dan akuntabilitas atas pelanggaran hukum internasional mutlak diperlukan untuk mencegah terulangnya tragedi serupa. Upaya perdamaian yang komprehensif dan berkelanjutan menjadi kunci untuk mewujudkan stabilitas dan keamanan jangka panjang di kawasan tersebut.





