Indonesia akan menandatangani kesepakatan dagang senilai US$ 34 miliar (sekitar Rp 560 triliun) dengan Amerika Serikat (AS) pada 7 Juli 2025. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan impor dari AS dan menghindari tarif tinggi yang mengancam ekspor Indonesia.
Langkah ini diambil menjelang tenggat negosiasi pada 9 Juli 2025, yang ditetapkan sebelumnya oleh Presiden AS Donald Trump. Kesepakatan tersebut mencakup peningkatan impor bahan bakar dan investasi Indonesia di sektor energi dan pertanian AS.
Kesepakatan Dagang untuk Hindari Tarif Tinggi AS
Pemerintah Indonesia berupaya menyeimbangkan neraca perdagangan dengan meningkatkan pembelian produk dari AS. Hal ini dilakukan sebagai respons atas ancaman tarif impor hingga 32 persen di pasar AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, kesepakatan ini menunjukkan kesatuan pemerintah, regulator, BUMN, dan swasta dalam merespons kebijakan AS.
Indonesia mencatat surplus perdagangan barang sebesar US$ 17,9 miliar (sekitar Rp 289 triliun) terhadap AS pada 2024, menurut data Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR).
Pemerintah berharap kesepakatan ini membuka jalan menuju perjanjian dagang yang lebih baik, bahkan melampaui kesepakatan AS-Vietnam.
Sebagai informasi, AS baru-baru ini menurunkan tarif terhadap sejumlah ekspor Vietnam menjadi 20 persen, dari rencana awal 46 persen oleh Presiden Donald Trump.
Investasi Indonesia di Sektor Energi dan Pertanian AS
Kesepakatan dagang mencakup rencana peningkatan impor bahan bakar dari AS.
Selain itu, kesepakatan ini juga meliputi investasi perusahaan Indonesia di sektor energi dan pertanian AS.
Rincian lebih lanjut mengenai jenis investasi dan besarannya belum diungkapkan secara resmi.
Namun, langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan AS melalui investasi di sektor strategis.
Investasi tersebut diharapkan mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Garuda Indonesia Jajaki Pembelian Pesawat Boeing
Di luar kesepakatan perdagangan, Garuda Indonesia tengah menjajaki pembelian hingga 75 pesawat Boeing.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyampaikan hal ini usai bertemu Menko Airlangga.
Tipe pesawat yang dipertimbangkan meliputi Boeing 737 Max 8 dan 787 Dreamliner.
Belum dipastikan apakah rencana pembelian pesawat ini akan dimasukkan dalam paket negosiasi tarif antara Indonesia dan AS.
Garuda Indonesia masih berjuang pulih dari dampak pandemi Covid-19. Pada Juni 2025, maskapai ini menerima pinjaman US$ 405 juta (sekitar Rp 6 triliun) dari LPI (Lembaga Pengelola Investasi) untuk perawatan armada.
Kesepakatan dagang Indonesia-AS ini menandai upaya signifikan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Investasi di sektor energi dan pertanian AS, bersama dengan potensi pembelian pesawat Boeing oleh Garuda Indonesia, menunjukkan peluang pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi kedua negara.
Ke depan, perlu pemantauan berkelanjutan terhadap implementasi kesepakatan ini dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dan AS. Transparansi informasi terkait rincian kesepakatan juga penting untuk membangun kepercayaan publik.





