Seorang guru perempuan berusia 40 tahun di Mumbai, India, ditangkap atas tuduhan melakukan kekerasan seksual terhadap siswa laki-laki berusia 16 tahun. Guru bahasa Inggris di sekolah ternama ini diduga melakukan tindakan tersebut di berbagai lokasi, termasuk hotel bintang lima.
Kasus ini terungkap setelah orang tua korban mencurigai perubahan perilaku anaknya dan akhirnya menggali informasi lebih lanjut. Peristiwa ini menjadi sorotan dan menimbulkan keprihatinan luas tentang keamanan anak di lingkungan pendidikan.
Kronologi Kasus Kekerasan Seksual
Insiden kekerasan seksual ini bermula pada Januari 2024. Pelaku mengaku tertarik pada korban setelah pertemuan kelompok tari di sekolah pada akhir 2023.
Dengan bantuan seorang teman perempuan, pelaku mengatur pertemuan dengan korban di berbagai tempat. Korban kemudian dibawa ke hotel atau lokasi terpencil sebelum mengalami kekerasan seksual.
Selama pertemuan tersebut, pelaku juga memberikan korban alkohol dan pil penenang. Akibatnya, korban mengalami gangguan kecemasan akut.
Keluarga korban awalnya ragu melaporkan kejadian tersebut karena ingin menyelesaikan pendidikan anak di sekolah tersebut. Namun, setelah guru tersebut kembali menghubungi korban, keluarga akhirnya memutuskan untuk melapor ke polisi Mumbai.
Proses Penyelidikan dan Penangkapan
Polisi Mumbai langsung bertindak cepat dan menangkap pelaku. Guru tersebut dijerat dengan pasal-pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dari Kejahatan Seksual (POCSO) dan Undang-Undang Peradilan Anak.
Dalam penyelidikan, pelaku mengakui perbuatannya dan menunjukkan beberapa lokasi kejadian kepada polisi. Rekaman CCTV dari lokasi tersebut menjadi bukti penting dalam kasus ini.
Setelah ditahan empat hari, pelaku menjalani pemeriksaan kejiwaan di rumah sakit pemerintah. Meskipun polisi mengajukan perpanjangan penahanan, pengadilan menolak dan memindahkan pelaku ke tahanan pengadilan selama 14 hari.
Undang-Undang POCSO di India menetapkan hukuman minimal tujuh tahun penjara, dan maksimal seumur hidup, serta denda untuk kasus kekerasan seksual penetratif. Hukuman berat ini mencerminkan keseriusan pemerintah dalam menangani kejahatan seksual terhadap anak.
Reaksi Pihak Sekolah dan Dampak Kasus
Pihak sekolah mengaku terkejut dan menyatakan tidak mentoleransi kekerasan seksual terhadap anak. Mereka menyatakan akan bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan polisi.
Terungkap bahwa guru tersebut telah mengundurkan diri dari sekolah pada tahun 2024, setelah manajemen sekolah menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerjanya. Polisi akan menyelidiki lebih lanjut latar belakang pengunduran diri tersebut.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius tentang pengawasan dan perlindungan anak di lingkungan sekolah. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya peran orang tua dalam memantau dan melindungi anak dari potensi ancaman kekerasan seksual.
Kejadian ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi semua pihak terkait, termasuk sekolah, orang tua, dan pemerintah, untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual terhadap anak.
Perlu adanya peningkatan kesadaran, edukasi, dan pelatihan bagi guru dan staf sekolah dalam mengenali dan menanggapi laporan kekerasan seksual terhadap anak secara tepat dan cepat. Sistem pelaporan yang lebih efektif dan akses layanan dukungan bagi korban juga sangat penting.
Semoga kasus ini menjadi momentum untuk memperkuat perlindungan anak di India dan mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. Perlindungan anak merupakan tanggung jawab bersama yang perlu diprioritaskan.





