Gencatan senjata di Jalur Gaza masih menjadi fokus utama berbagai pihak. Kelompok Hamas tengah melakukan diskusi internal intensif bersama faksi-faksi Palestina lainnya untuk membahas proposal gencatan senjata terbaru. Proposal ini ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) dan mencakup pembebasan sandera secara bertahap.
Perundingan ini terjadi di tengah serangan militer Israel yang terus berlanjut di Gaza. Meskipun harapan perdamaian muncul, situasi di lapangan tetap tegang dan mengancam kehidupan warga sipil.
Proposal Gencatan Senjata: Pembebasan Sandera dan Bantuan Kemanusiaan
Proposal gencatan senjata yang diajukan AS diyakini mencakup pembebasan 10 sandera Israel yang masih hidup dan pemulangan jenazah 18 sandera lainnya. Sebagai imbalan, Israel diharapkan membebaskan tahanan Palestina dari penjara mereka.
Hamas, dalam pernyataan resminya, menyatakan akan menyampaikan keputusan akhir setelah konsultasi internal selesai. Mereka juga menekankan tuntutan utama, yaitu dibukanya akses bantuan kemanusiaan secara bebas ke Gaza, termasuk makanan dan obat-obatan.
Proposal tersebut juga menyebutkan pengiriman bantuan kemanusiaan segera dengan pengawasan PBB dan Palang Merah. Selain itu, penarikan bertahap pasukan Israel dari beberapa wilayah Gaza juga menjadi bagian dari kesepakatan yang diusulkan.
Hamas juga meminta jaminan bahwa serangan militer Israel tidak akan dilanjutkan setelah masa gencatan senjata 60 hari berakhir. Ini merupakan poin penting yang menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan Hamas.
Desakan AS dan Komitmen Israel
Presiden AS Donald Trump mendesak Hamas untuk segera memutuskan sikap mereka terkait proposal gencatan senjata dalam waktu 24 jam. Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, menyampaikan harapan agar kesepakatan dapat segera tercapai.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa Israel telah menyetujui persyaratan gencatan senjata selama 60 hari. Kedua belah pihak diharapkan dapat memanfaatkan waktu ini untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir 20 bulan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menegaskan kembali komitmennya untuk membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza. Ia menyatakan hal ini saat mengunjungi Kibbutz Nir Oz, lokasi penculikan besar-besaran pada Oktober 2023.
Netanyahu berharap pembicaraan formal, meskipun tidak langsung, dapat segera dilanjutkan menjelang kunjungannya ke Washington. Kunjungan ini diharapkan dapat membuka jalan menuju penyelesaian konflik.
Serangan Militer Israel Berlanjut di Tengah Negosiasi
Ironisnya, meskipun pembicaraan gencatan senjata berlangsung, serangan militer Israel masih terus terjadi di Gaza. Serangan udara dan artileri dilaporkan menghantam wilayah Khan Younis, bagian selatan Gaza.
Pada malam sebelumnya, sedikitnya 15 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan terhadap dua tenda pengungsian di Khan Younis. Rumah Sakit Nasser setempat melaporkan angka korban jiwa tersebut.
Militer Israel belum memberikan komentar resmi terkait serangan tersebut. Namun, secara umum, militer Israel menyatakan operasi mereka bertujuan menghancurkan kemampuan militer Hamas.
Meskipun Netanyahu menegaskan komitmen membebaskan sandera, ia juga menekankan bahwa operasi militer akan berlanjut hingga semua sandera dibebaskan dan kemampuan militer serta pemerintahan Hamas dihancurkan. Hal ini menunjukkan bahwa negosiasi gencatan senjata masih dihadapkan pada tantangan besar.
Situasi di Gaza tetap kompleks dan rawan. Nasib proposal gencatan senjata dan masa depan perdamaian di wilayah tersebut masih belum pasti. Perkembangan situasi akan terus dipantau dengan ketat oleh dunia internasional.
