Pemerintah Belanda mengungkapkan peningkatan signifikan dan intensif penggunaan senjata kimia oleh Rusia dalam invasi ke Ukraina. Temuan ini berdasarkan penyelidikan intelijen Belanda dan Jerman yang menemukan bukti konkret penggunaan zat kimia berbahaya dalam operasi militer Rusia. Hal ini menunjukkan eskalasi taktik perang Moskow yang mengkhawatirkan.
Menteri Pertahanan Belanda, Ruben Brekelmans, menyatakan Rusia secara sistematis menggunakan bahan kimia terlarang untuk mengusir pasukan Ukraina dari posisi pertahanan sebelum kemudian dilanjutkan dengan serangan senjata konvensional. Ia menekankan bahwa temuan ini merupakan bagian dari tren peningkatan penggunaan senjata kimia oleh Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
Penggunaan Senjata Kimia Rusia: Bukti Konkret dan Eskalasi yang Mengkhawatirkan
Intelijen militer Belanda (MIVD) dan mitranya dari Jerman, BND, telah melakukan investigasi independen yang menghasilkan temuan ini. Informasi tersebut telah diverifikasi melalui berbagai sumber internal.
Kepala MIVD, Peter Reesink, menjelaskan bahwa kesimpulan ini berdasarkan pengamatan dan investigasi independen. Meskipun Reuters menjadi media pertama yang melaporkan temuan ini, verifikasi independen dari pihak ketiga masih belum ada.
Reaksi Internasional dan Tuntutan Sanksi
Menanggapi temuan ini, Brekelmans menyerukan peningkatan tekanan internasional terhadap Rusia. Ia menekankan perlunya sanksi yang lebih keras dan peninjauan kembali keikutsertaan Moskow dalam organisasi internasional, termasuk Dewan Eksekutif OPCW.
Pemilihan kursi bergilir Dewan Eksekutif Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) akan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang. Rusia, yang saat ini masih menjadi anggota OPCW dan mengklaim telah menghancurkan seluruh persediaan senjata kimianya, diduga menjalankan program pengembangan senjata kimia berskala besar.
Dampak Penggunaan Senjata Kimia
Data dari Ukraina menunjukkan sedikitnya tiga warga sipil tewas akibat paparan zat kimia. Lebih dari 2.500 personel militer juga melaporkan gejala yang diduga terkait paparan senjata kimia di medan perang.
Reesink menyebut penggunaan senjata kimia oleh militer Rusia telah menjadi prosedur operasi standar. Rusia diduga menggunakan berbagai metode penyebaran, termasuk menggunakan drone untuk menjatuhkan zat kimia dalam wadah improvisasi seperti botol dan bola lampu.
Kloropikrin, salah satu zat kimia yang digunakan, merupakan agen pencekik yang dilarang oleh OPCW berdasarkan Konvensi Senjata Kimia (CWC) 1997. Zat ini menyebabkan iritasi parah pada kulit, mata, dan sistem pernapasan.
Hingga saat ini, belum ada permintaan resmi kepada OPCW untuk melakukan investigasi penuh. Permintaan investigasi semacam itu harus diajukan oleh negara anggota OPCW.
Tuduhan Timbal Balik dan Peran OPCW
Rusia membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh Ukraina menggunakan senjata kimia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan bahwa dinas keamanan Rusia menemukan gudang bahan peledak Ukraina yang mengandung kloropikrin. Ukraina menolak tuduhan ini.
Pemerintah Belanda telah mengirimkan laporan intelijen ini kepada parlemen. Komisi Eropa mengusulkan sanksi tambahan terhadap 15 entitas dan individu yang diduga terlibat dalam pengembangan dan penggunaan senjata kimia di Ukraina.
Temuan intelijen Belanda dan Jerman yang menunjukkan peningkatan penggunaan senjata kimia oleh Rusia di Ukraina ini merupakan perkembangan yang sangat serius dan memerlukan respons internasional yang tegas. Penting bagi komunitas internasional untuk terus memantau situasi dan memastikan akuntabilitas atas pelanggaran hukum internasional ini. Peran OPCW dalam menyelidiki tuduhan penggunaan senjata kimia di Ukraina menjadi sangat krusial.
