Tingginya biaya hidup di California, khususnya biaya sewa yang meroket, memaksa banyak warga untuk mencari solusi alternatif tempat tinggal. Salah satunya adalah Caitlin Johnson, seorang wanita berusia 44 tahun yang memilih untuk tinggal di sebuah bunker bawah tanah.
Keputusan tak biasa ini diambil Caitlin sebagai upaya untuk menekan pengeluaran. Dengan tinggal di bunker seluas 111 meter persegi di halaman rumah temannya di Bakersfield, ia berhasil menghemat biaya sewa secara signifikan.
Menyewa Bunker Bawah Tanah: Solusi Hemat di Tengah Krisis Perumahan
Caitlin pindah ke bunker tersebut pada April 2024. Ia hanya membayar sewa sebesar 500 dolar AS (sekitar Rp 8 juta) per bulan.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan biaya sewa apartemen di California yang rata-rata mencapai 1.500 hingga 2.000 dolar AS per bulan. Keuntungan lainnya, Caitlin tidak perlu membayar biaya utilitas.
Bunker yang awalnya dibangun oleh pemilik rumah sebelumnya ini sempat terbengkalai. Caitlin menawarkan bantuan untuk mengurus bunker dan halaman rumah sebagai imbalan sewa murah.
Fasilitas Lengkap di Dalam Bunker
Meskipun berada di bawah tanah, bunker yang ditinggali Caitlin cukup luas dan dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Terdapat kamar utama, kamar mandi dalam, dapur, ruang tamu, 18 ranjang susun, satu kamar mandi terpisah, dua toilet tambahan, dan satu kamar mandi shower. Ukurannya bahkan lebih besar dari beberapa apartemen studio yang pernah ditempatinya di New York.
Untuk masuk, Caitlin harus membuka pintu hidrolik, menuruni 15 anak tangga, dan melewati pintu baja tahan ledakan. Meskipun aksesnya unik, Caitlin merasa nyaman tinggal di tempat tersebut.
Adaptasi Hidup Tanpa Cahaya Matahari
Kehidupan di dalam bunker tentu berbeda dengan tempat tinggal konvensional. Salah satu tantangannya adalah minimnya cahaya matahari.
Untuk mengatasi hal ini, Caitlin memasang lampu dengan efek cahaya matahari buatan di kamar tidurnya. Ia juga mengisi bunker dengan perabotan yang mudah dipindahkan.
Kurangnya cahaya alami justru membantunya tidur lebih nyenyak. Caitlin bekerja di luar ruangan hampir setiap hari, sehingga ia jarang berada di bunker pada siang hari.
Musim dingin menjadi tantangan tersendiri. Kegelapan di luar dan dalam bunker membuat suasana terasa lebih berat. Namun, Caitlin mengaku sudah terbiasa.
Penerimaan Sosial dan Pertimbangan Keamanan
Keputusan Caitlin tinggal di bunker mendapatkan respons positif dari lingkungan sekitarnya. Teman-temannya tidak terkejut, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sesuai dengan kepribadiannya.
Caitlin bekerja di industri hiburan dan terbiasa dengan pilihan hidup yang tidak biasa. Baginya, tinggal di bunker adalah solusi praktis dan hemat di tengah tingginya biaya hidup.
Selain aspek finansial, Caitlin juga bercanda bahwa bunker tersebut memberikan rasa aman jika terjadi hal-hal buruk seperti kerusuhan atau kiamat zombie. Struktur bunker yang kuat membuatnya merasa terlindungi.
Setelah tinggal selama setahun, Caitlin memperpanjang masa tinggalnya di bunker selama satu tahun lagi. Meskipun bukan tempat tinggal permanen, ia merasa nyaman dan menganggapnya lebih baik daripada apartemen-apartemen yang pernah ditempatinya di New York.
Kisah Caitlin menjadi bukti adaptasi manusia dalam menghadapi tantangan ekonomi. Keputusan tinggal di bunker menunjukkan bahwa kreativitas dan fleksibilitas dapat menjadi kunci dalam menghadapi kesulitan hidup.





