Satelit MethaneSAT, proyek ambisius untuk memetakan emisi metana global, dinyatakan hilang kontak. Kerja sama antara Environmental Defense Fund (EDF), Pemerintah Selandia Baru, dan Jeff Bezos ini mengalami kendala teknis yang serius. Kehilangan satelit ini merupakan pukulan bagi upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Proyek ini bertujuan untuk menyediakan data emisi metana dengan resolusi yang belum pernah ada sebelumnya. Data tersebut sangat krusial untuk mengidentifikasi dan mengatasi kebocoran gas metana dari ladang minyak dan gas, yang selama ini sulit dideteksi. Kehilangan MethaneSAT menimbulkan kerugian besar, mengingat biaya pengembangan satelit ini mencapai ratusan juta dollar.
Kegagalan Misi MethaneSAT: Hilangnya Kontak dan Penyebabnya
Diluncurkan pada Maret 2024 oleh SpaceX, MethaneSAT mengalami sejumlah masalah teknis sejak awal. Satelit ini beberapa kali memasuki mode tidur tanpa perintah.
Salah satu dari tiga pendorongnya mengalami kegagalan. Kondisi ini berujung pada hilangnya daya seluruh sistem satelit. Kontak terakhir dengan MethaneSAT tercatat pada 20 Juni 2025.
Tim pengendali menyatakan satelit tersebut tidak dapat dipulihkan. Investigasi sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kegagalan tersebut.
Temuan Awal yang Menjanjikan dan Dampaknya terhadap Upaya Pengurangan Emisi
Meskipun berumur pendek, MethaneSAT berhasil mengirimkan data yang menggembirakan. Pengukuran di Permian Basin, Texas dan New Mexico, menunjukkan emisi metana tiga hingga lima kali lebih tinggi dari perkiraan Badan Perlindungan Lingkungan AS.
Sementara itu, emisi di wilayah Laut Kaspia Selatan tercatat lebih dari 10 kali lipat angka resmi. Data ini menggarisbawahi kekhawatiran bahwa kebocoran metana industri migas jauh lebih besar dari yang dilaporkan.
Temuan ini semakin memperkuat urgensi upaya untuk mengurangi emisi metana. Metana merupakan gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida dalam memerangkap panas di atmosfer.
Langkah Selanjutnya: Investigasi dan Komitmen untuk Melanjutkan Misi
EDF dan Pemerintah Selandia Baru belum merinci total kerugian finansial akibat hilangnya MethaneSAT. Namun, kedua pihak menegaskan komitmen mereka untuk melanjutkan misi pemantauan emisi metana.
Tim teknik MethaneSAT saat ini sedang menyelidiki penyebab hilangnya komunikasi. Mereka akan membagikan temuan investigasi tersebut kepada publik.
Meskipun misi ini berakhir lebih cepat dari yang direncanakan, banyak pihak menilai MethaneSAT telah memberikan kemajuan ilmiah yang signifikan. Teknologi sensor hipersensitif dan strategi pemrosesan data yang dikembangkan dalam proyek ini dapat diaplikasikan pada misi pengganti di masa depan.
Pengurangan emisi metana merupakan langkah penting dalam upaya menahan kenaikan suhu global. Sektor energi, terutama produksi minyak dan gas, merupakan sumber utama emisi metana. Industri pertanian dan pengelolaan limbah juga berkontribusi signifikan terhadap emisi gas ini.
Pemetaan akurat titik-titik kebocoran metana sangat penting untuk membantu pemerintah dan industri mengambil tindakan yang efisien dan efektif. Kehilangan MethaneSAT memang mengecewakan, tetapi komitmen untuk melanjutkan pemantauan emisi metana tetap kuat. Harapannya, misi pengganti akan menghasilkan data yang lebih komprehensif dan mendukung upaya global dalam melawan perubahan iklim. Kemajuan teknologi yang dicapai selama misi MethaneSAT akan menjadi modal berharga untuk misi-misi pemantauan emisi di masa mendatang.





